Membangun studio game bukanlah usaha yang mudah. Membutuhkan lebih dari sekadar modal finansial; mentalitas kewirausahaan yang kuat juga menjadi kunci keberhasilan.
Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI), Shafiq Husein, baru-baru ini menekankan pentingnya aspek mental dalam membangun studio game, selain aspek finansial yang kerap menjadi fokus utama.
Tantangan Finansial dan Mental dalam Industri Game
Shafiq menjelaskan bahwa kendala finansial masih bisa diatasi, misalnya dengan komitmen developer untuk tidak mengambil gaji selama satu tahun. Namun, tantangan terbesar justru terletak pada mentalitas kewirausahaan.
Sebagai pemilik bisnis, semua permasalahan perusahaan menjadi tanggung jawab pribadi. Berbeda dengan menjadi karyawan, di mana atasan dapat membantu mengatasi masalah.
Kondisi ini menimbulkan tekanan tersendiri bagi para developer yang baru merintis usaha. Mereka perlu mempertimbangkan kesiapan mental sebelum terjun ke dunia bisnis yang penuh tantangan ini.
Pengalaman dan Pembelajaran sebagai Modal Sukses
Shafiq menyarankan calon pengembang game untuk memperkaya pengalaman terlebih dahulu sebelum mendirikan studio sendiri. Memahami hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam menjalankan studio game sangat penting.
Belajar dari para ahli yang telah berpengalaman di industri ini juga sangat dianjurkan. Hal ini akan membantu mereka menghindari kesalahan umum dan mengambil keputusan yang lebih bijak.
Hanya setelah memiliki modal finansial yang cukup dan mentalitas yang kuat, barulah mereka siap untuk memulai usaha mereka sendiri. Jangan terburu-buru, fokuslah pada persiapan yang matang.
Perbandingan dengan Industri Game Internasional
Shafiq membandingkan budaya pengembangan game di Indonesia dengan negara lain. Di luar negeri, pengembang game seringkali merupakan veteran industri yang telah bertahun-tahun berkecimpung di dalamnya.
Contohnya adalah Hideo Kojima, yang memulai studio game miliknya setelah memiliki pengalaman bertahun-tahun di industri game. Hal ini menunjukkan pentingnya pengalaman sebelum memulai usaha sendiri.
Meskipun demikian, tingkat kesulitan membangun studio game juga bergantung pada skala usaha. Menjadi solo developer cenderung lebih mudah dibandingkan dengan merekrut tim dan mengelola arus kas yang lebih kompleks.
Pada akhirnya, kesuksesan dalam membangun studio game membutuhkan komitmen, ketekunan, dan persiapan yang matang, baik dari segi finansial maupun mental.
Semua orang akan menghadapi tantangan, namun yang terpenting adalah kemauan untuk terus berusaha dan belajar.
Kesimpulannya, membangun studio game merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan. Persiapan yang matang, baik dari segi finansial maupun mental, sangat krusial untuk keberhasilan. Belajar dari pengalaman dan para ahli di industri ini akan sangat membantu calon pengembang game untuk meraih kesuksesan.