Perburuan kartu grafis kelas atas Nvidia masih menjadi momok bagi para penggemar PC di seluruh dunia. Berbulan-bulan setelah peluncurannya, kartu grafis seperti RTX 5080 dan 5090 masih langka di pasaran, terutama dengan harga yang wajar.
Situasi ini juga terjadi di Jepang, bahkan sejak peluncuran awal, yang sempat menimbulkan kerusuhan. Kondisi kekurangan pasokan ini mendorong para pengecer komponen PC di Jepang untuk mengambil tindakan.
Larangan Pembelian untuk Turis Asing di Jepang
Sebagai upaya untuk mengamankan pasokan kartu grafis Nvidia untuk konsumen domestik, beberapa pengecer di Jepang telah memberlakukan aturan baru. Aturan tersebut melarang turis asing untuk membeli dua atau lebih kartu grafis kelas atas Nvidia, seperti RTX 5080 dan RTX 5090.
Informasi mengenai larangan ini pertama kali muncul di Weibo, sebuah platform media sosial China. Sebuah foto yang beredar memperlihatkan poster berbahasa Mandarin di sebuah toko PC di Nipponbashi, Osaka, yang secara jelas menyatakan larangan tersebut.
Target Utama: Pembeli dari China
Poster yang terpasang di toko tersebut secara spesifik menargetkan pembeli dari China. Hal ini dikarenakan banyak warga China yang datang ke Jepang untuk membeli GPU Nvidia, kemudian menjualnya kembali di negara asal mereka.
Impor resmi kartu grafis kelas atas Nvidia memang dilarang di China, sehingga menciptakan celah pasar yang dimanfaatkan oleh para pembeli dari China.
Upaya Jepang Mengatasi Penimbunan
Menurut Sina Finance, aturan larangan pembelian ini merupakan upaya kedua Jepang untuk mengurangi penimbunan kartu grafis Nvidia. Sebelumnya, pemerintah Jepang mencoba menghilangkan kebijakan bebas pajak untuk pembelian kartu grafis.
Namun, langkah tersebut terbukti tidak efektif karena harga GPU seri RTX 50 yang tinggi tetap menarik minat pembeli dari China.
Insiden di Tokyo
Pada bulan Februari 2025, sebuah toko elektronik di Tokyo, PC Koubou, bahkan harus meminta maaf setelah ratusan pembeli China datang secara bersamaan untuk membeli kartu grafis Nvidia terbaru.
Kejadian ini mengakibatkan kekacauan di sekitar toko dan viral di media sosial Jepang. Toko tersebut terpaksa membatalkan penjualan karena jumlah pembeli yang membludak.
Insiden tersebut menunjukkan betapa tingginya permintaan dan terbatasnya pasokan kartu grafis kelas atas Nvidia di pasar global. Aturan larangan pembelian di Jepang menjadi bukti nyata akan tantangan yang dihadapi oleh para pengecer dalam menghadapi praktik penimbunan dan impor ilegal.
Meskipun larangan ini mungkin membantu menstabilkan pasokan untuk konsumen lokal di Jepang, solusi jangka panjang untuk mengatasi kekurangan global kartu grafis Nvidia masih dibutuhkan. Perlu adanya kolaborasi antara produsen, pengecer, dan pemerintah untuk mengatasi masalah ini secara efektif.
Ke depan, kita dapat berharap melihat lebih banyak strategi yang diterapkan untuk memastikan ketersediaan kartu grafis kelas atas dengan harga yang terjangkau bagi para konsumen di seluruh dunia.