Kehadiran anggota TNI dalam diskusi mahasiswa di Jawa Tengah baru-baru ini memicu kontroversi. Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, menanggapi peristiwa tersebut dengan menekankan pentingnya evaluasi agar tujuan baik tidak berujung pada tindakan represif.
Ia berharap kegiatan tersebut bertujuan menanamkan wawasan kebangsaan dan kecintaan tanah air pada mahasiswa. Namun, jika terdapat tindakan di luar konteks tersebut, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh.
Tanggapan DPR RI terhadap Kehadiran TNI di Diskusi Mahasiswa
Lalu Hadrian menekankan pentingnya menjaga agar kegiatan yang bertujuan positif tidak berkesan represif bagi publik. Tujuan utama TNI dalam konteks pendidikan seharusnya tetap pada penanaman nilai-nilai kebangsaan.
Ia meminta agar tindakan TNI dalam ruang pendidikan senantiasa mengedepankan pendekatan edukatif, bukan intimidatif. Hal ini penting untuk menjaga iklim akademik yang kondusif.
Kronologi Kejadian di UIN Walisongo Semarang
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang, Abdul (nama samaran), melaporkan kehadiran pria tak dikenal dan anggota TNI dalam diskusi mahasiswa bertajuk ‘Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer bagi Kebebasan Akademik’.
Kehadiran pria tak dikenal yang enggan memperkenalkan diri menimbulkan kecurigaan. Setelah pria tersebut pergi, petugas keamanan kampus datang dan mengarahkan beberapa mahasiswa untuk menemui anggota TNI.
Para mahasiswa diminta menyebutkan identitas peserta diskusi dan tema diskusi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya intimidasi.
Reaksi Mahasiswa terhadap Kehadiran TNI
Para mahasiswa merasa tindakan tersebut mengkhawatirkan dan berpotensi mengganggu kebebasan akademik. Mereka mendesak agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Kehadiran anggota TNI yang dinilai mencurigakan tersebut memicu keresahan di kalangan mahasiswa. Mereka khawatir hal ini akan membatasi ruang diskusi dan berekspresi.
Klarifikasi TNI dan Kesimpulan
TNI AD membantah adanya pemanggilan mahasiswa oleh personel TNI. Mereka menegaskan bahwa anggota TNI yang berada di dekat kampus hanyalah Babinsa yang bertugas di wilayah tersebut.
TNI AD memastikan anggota mereka tidak berada di lokasi diskusi dan tidak melakukan tindakan intimidasi. Keberadaan Babinsa tersebut di luar area diskusi.
Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan penting tentang batas keterlibatan aparat keamanan dalam kegiatan akademik. Penting bagi semua pihak untuk memastikan agar kebebasan akademik tetap terjaga tanpa mengorbankan nilai-nilai kebangsaan.
Ke depannya, diperlukan dialog dan pemahaman yang lebih baik antara pihak kampus, mahasiswa, dan TNI agar kejadian serupa tidak terulang dan terciptanya lingkungan kampus yang aman dan kondusif untuk berdiskusi dan berekspresi.