Gelar pendidikan tinggi seringkali menjadi nilai tambah, terutama di dunia kompetisi yang ketat. Ini juga berlaku di dunia kontes kecantikan. Namun, kasus Li Si Xuan, seorang ratu kecantikan dari Shenzhen, China, mengungkap sisi gelap dari mengejar gelar pendidikan palsu demi ambisi pribadi.
Li Si Xuan, yang berhasil memikat banyak orang dengan latar belakang akademisnya yang terkesan mentereng, ternyata telah membangun karirnya di atas fondasi kebohongan. Kasus ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya integritas dan konsekuensi dari tindakan yang tidak jujur.
Kebohongan yang Terungkap di Universitas Hong Kong
Ambisi Li Si Xuan untuk melanjutkan pendidikan di University of Hong Kong (HKU) membawanya pada jalan yang salah. Ia memalsukan ijazah untuk diterima di program Magister Linguistik Terapan.
Pada tahun 2021, ia mengaku telah menyelesaikan program sarjana linguistik di Universitas Columbia. Berbekal sertifikat palsu, ia berhasil diterima di HKU.
Investigasi dan Penemuan Kebohongan
Kebohongan Li Si Xuan akhirnya terbongkar pada tahun 2024. Pihak Universitas Hong Kong menerima pengaduan tentang beberapa mahasiswa yang menggunakan dokumen palsu.
Setelah melakukan investigasi menyeluruh, Universitas Columbia menyatakan bahwa Li Si Xuan tidak pernah terdaftar sebagai mahasiswi di universitas tersebut. Bukti-bukti kuat menunjukkan pemalsuan dokumen.
Tidak hanya ijazah sarjananya, gelar master Si Xuan juga terbukti palsu. Ia mengubah nilai kelulusannya dari ‘lulus’ menjadi ‘berprestasi’. Bahkan tanggal kelulusan pada sertifikatnya pun tidak akurat, menunjukkan tanggal 12 Juni sementara wisuda sebenarnya dilakukan pada tanggal 11 Juni.
Penangkapan dan Hukuman
Setelah HKU mencabut status mahasiswa Li Si Xuan dan melaporkannya ke polisi, ia langsung ditangkap. Li Si Xuan akhirnya mengakui bahwa ia hanya lulus dari Universitas Ekonomi dan Hukum Zhongnan di Wuhan pada tahun 2020.
Ia mengaku telah menggunakan jasa ‘agensi akademi’ dan membayar 380 ribu yuan (sekitar Rp 868 juta) untuk mendapatkan dokumen palsu yang memungkinkannya kuliah di Hong Kong.
Meskipun pengacaranya berdalih bahwa Li Si Xuan tidak pernah menggunakan ijazah palsu untuk aktivitas ilegal, ia tetap dijatuhi hukuman 240 hari penjara. Kasus ini menjadi pelajaran berharga tentang konsekuensi dari tindakan tidak jujur, bahkan dalam mengejar ambisi yang tampaknya mulia.
Kisah Li Si Xuan menyoroti pentingnya integritas dalam mengejar pendidikan dan karir. Kebohongan, meskipun berhasil untuk sementara waktu, pada akhirnya akan terungkap dan berdampak serius pada diri sendiri dan orang lain. Kasus ini juga mengungkap praktik gelap di balik pembuatan ijazah palsu yang perlu diwaspadai.





