Ribuan pelayat memenuhi Lapangan Santo Petrus di Vatikan pada Rabu, 23 April 2025, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang Paus Fransiskus. Suasana khidmat namun penuh haru menyelimuti area tersebut, menunjukkan besarnya rasa kehilangan dan cinta umat Katolik dunia terhadap pemimpin spiritual mereka.
Antrean panjang mengular dari berbagai penjuru lapangan, menunjukkan betapa luasnya pengaruh Paus Fransiskus dan betapa besarnya rasa hormat yang diberikan padanya. Para pelayat datang dari berbagai belahan dunia untuk melepas kepergian sang Paus.
Pengamanan Ketat di Lapangan Santo Petrus
Demi kelancaran dan keamanan prosesi penghormatan terakhir, pihak Vatikan menerapkan pengamanan ketat di sekitar Lapangan Santo Petrus. Pos-pos pemeriksaan keamanan didirikan di berbagai titik masuk.
Para petugas keamanan tampak berjaga dengan sigap, memastikan alur antrean berjalan tertib dan aman. Suasana yang tertib dan khidmat terlihat di tengah ramainya peziarah yang datang.
Ribuan Pelayat Berduka Cita
Wajah-wajah sendu dan penuh kesedihan terpancar dari para pelayat yang mengantre. Banyak di antara mereka yang membawa lilin, bunga, atau foto Paus Fransiskus.
Beberapa terlihat memegang bendera Vatikan atau buku-buku tentang Paus Fransiskus, menunjukkan keinginan untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa almarhum. Suasana hening diselingi sesekali bisikan doa dan ucapan belasungkawa.
Panjangnya antrean mencerminkan betapa besarnya pengaruh Paus Fransiskus bagi umat Katolik di seluruh dunia. Kehadiran mereka menunjukkan rasa kehilangan yang mendalam.
Proses Pemakaman dan Penghormatan Terakhir
Jenazah Paus Fransiskus, yang wafat pada Senin, 21 April 2025, diangkut ke Basilika Santo Petrus pada Rabu pagi dalam sebuah prosesi yang dipimpin oleh para kardinal.
Saat peti jenazah melintasi Lapangan Santo Petrus, kerumunan pelayat yang terdiri dari beberapa ribu orang bertepuk tangan berulang kali – sebuah tanda penghormatan tradisional Italia.
Jenazah Paus Fransiskus disemayamkan di Basilika Santo Petrus hingga Jumat malam, 25 April 2025, memberikan kesempatan bagi umat beriman untuk menyampaikan penghormatan terakhir.
Paus Fransiskus, yang berusia 88 tahun saat wafat, meninggalkan warisan yang kompleks dan berdampak besar pada Gereja Katolik. Ia dikenal karena reformasinya yang progresif dan fokusnya pada isu-isu sosial.
Selama masa pemerintahannya, Paus Fransiskus sering berselisih dengan kaum tradisionalis namun juga gigih membela kaum miskin dan terpinggirkan. Ia meninggal dunia setelah menderita stroke dan serangan jantung.
Meskipun sempat dirawat di rumah sakit karena radang paru-paru ganda awal tahun ini, Vatikan menyatakan bahwa kepergiannya terjadi secara cepat dan tanpa penderitaan yang berkepanjangan. Kesehatan Paus Fransiskus memang sempat menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia. Namun, warisannya akan tetap dikenang dan dipelajari selama bertahun-tahun mendatang.
Pengabdian dan kepemimpinannya yang unik selama bertahun-tahun akan terus menginspirasi banyak orang, melampaui batas-batas agama. Kehadiran ribuan pelayat di Lapangan Santo Petrus menjadi bukti nyata atas pengaruh dan warisan Paus Fransiskus.
Para pelayat tak hanya berasal dari Italia, tetapi juga dari berbagai negara di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan dampak global dari kepemimpinan Paus Fransiskus.
Semoga kepergiannya memberikan kedamaian dan semangat untuk terus melanjutkan perjuangannya dalam membangun dunia yang lebih adil dan bermartabat. Amin.
