Teheran kembali meningkatkan tensi geopolitik dengan Amerika Serikat. Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, melontarkan ancaman keras berupa serangan balasan jika AS melancarkan aksi militer terhadap negaranya.
Ancaman tersebut disampaikan Nasirzadeh dalam wawancara dengan televisi pemerintah Iran dan dikutip oleh Al Arabiya pada Senin (5/5/2025). Ia menegaskan komitmen Iran untuk membalas setiap agresi dengan serangan terhadap kepentingan dan pangkalan militer AS di Timur Tengah.
Ancaman Balas Serangan Terhadap Pangkalan Militer AS
Pernyataan tegas Nasirzadeh menekankan kesiapan Iran menghadapi potensi serangan dari AS. Iran, menurutnya, tidak memiliki niat bermusuhan terhadap negara-negara tetangga.
Namun, jika AS menyerang, pangkalan-pangkalan militer AS di negara-negara tersebut akan menjadi target yang sah. Ini menunjukkan potensi eskalasi konflik yang luas jika terjadi serangan.
Pamer Rudal Balistik Baru “Qassem Basir”
Bertepatan dengan ancaman tersebut, Iran memamerkan rudal balistik terbarunya, “Qassem Basir,” pada Minggu (4/5/2025).
Kantor berita Tasnim, yang berafiliasi dengan pemerintah Iran, mengklaim rudal ini berbahan bakar padat dengan jangkauan 1.200 kilometer. Pamer kekuatan militer ini semakin memperkuat pesan ancaman yang disampaikan Nasirzadeh.
Perundingan Nuklir yang Tegang
Ancaman ini muncul di tengah perundingan nuklir antara Iran dan AS yang dimediasi Oman.
Tiga putaran perundingan telah dilakukan sejak 12 April 2025, menandai pertemuan tingkat tertinggi sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.
Putaran keempat yang dijadwalkan pada Sabtu (3/5/2025) ditunda karena alasan logistik yang belum dijelaskan secara rinci. Ketegangan ini menunjukkan betapa rumitnya proses negosiasi tersebut.
Ketegangan Semakin Meningkat
Meskipun Iran berulang kali membantah ambisi untuk mengembangkan senjata nuklir, menyatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai dan sipil, kekuatan militernya tetap menjadi poin penting.
Dalam perundingan dengan Washington, Teheran menolak membahas kemampuan militer dan pertahanannya, termasuk program rudal balistik. Hal ini semakin meningkatkan ketidakpastian dan kekhawatiran akan konflik.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam akan menyerang Iran jika upaya diplomasi gagal dan telah menjatuhkan sanksi tambahan yang menargetkan sektor minyak Iran. Situasi ini menciptakan dinamika yang sangat kompleks dan berbahaya.
Ketegangan antara Iran dan AS terus meningkat, diwarnai dengan ancaman militer dan demonstrasi kekuatan. Perundingan nuklir yang berlangsung pun belum menunjukkan hasil yang pasti, menambah ketidakpastian akan masa depan hubungan kedua negara.
Penting untuk terus memantau perkembangan situasi ini, karena potensi eskalasi konflik berdampak signifikan pada stabilitas regional dan global. Pernyataan tegas dari kedua belah pihak menuntut kewaspadaan dan upaya diplomasi yang lebih intensif untuk mencegah konflik.