Candi Gebang, sebuah situs sejarah yang menyimpan misteri di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, lebih dari sekadar reruntuhan kuno. Nama candi ini bahkan diabadikan menjadi nama jalan di beberapa wilayah Sleman, menunjukkan perannya dalam sejarah dan kehidupan masyarakat setempat. Lokasinya yang berada di tengah persawahan, di sebelah barat laut Kompleks Perumahan Gebang Permai, menambah daya tarik tersendiri bagi para peneliti dan pengunjung.
Candi Gebang, yang terletak pada ketinggian sekitar 179 mdpl, diduga merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa. Hal ini berdasarkan temuan arca-arca bercorak Siwaistis seperti Ganesha, Nandiswara, dan dua buah Yoni yang ditemukan di dalam dan di dinding barat candi.
Jejak Sejarah Candi Gebang: Dari Penemuan Hingga Penetapan Cagar Budaya
Penemuan Candi Gebang berawal dari pengungkapan arca Ganesha pada tahun 1936. Proses pemugaran kemudian dilakukan oleh Van Romondt antara tahun 1937 hingga 1939. Bangunan utama candi menghadap ke timur, berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 5,25 x 5,25 meter dan tinggi 8 meter. Uniknya, candi ini memiliki pintu masuk yang tinggi dari permukaan tanah, namun tanpa tangga. Diduga tangga masuk terbuat dari kayu atau bambu yang mudah lapuk dan hilang seiring berjalannya waktu.
Candi ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat Kabupaten Kota melalui Surat Keputusan Penetapan nomor 14.7/Kep.KDH/A/2017 pada 16 Februari 2017. Status ini semakin mengukuhkan pentingnya Candi Gebang sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Arsitektur Klasik Tua dan Keunikan Candi Gebang
Arsitektur Candi Gebang mencerminkan gaya klasik tua. Bentuk bangunan yang tambun dan arca-arca naturalis menjadi ciri khasnya. Hiasan kepala kala yang terdapat pada ambang pintu, meskipun tanpa rahang bawah, merupakan ciri khas seni masa klasik tua. Di dalam candi terdapat satu bilik utama dengan Yoni sebagai lapik dan lingga (yang kini telah hilang). Relung di kanan dan kiri pintu masuk, yang seharusnya berisi arca Nandiswara, kini kosong. Relung yang biasanya berisi Mahakala di sisi utara dan selatan juga tidak ditemukan.
Namun, terdapat keunikan tersendiri pada dinding barat Candi Gebang. Terdapat relung berisi arca Ganesha, dengan Yoni dan Cerat menghadap utara di bawahnya. Kombinasi ini sangat langka dijumpai pada candi-candi di Indonesia.
Simbolisme dan Makna Religi Candi Gebang
Keberadaan arca Ganesha, Nandiswara, dan Yoni menunjukkan kuatnya pengaruh kepercayaan Siwaisme di Candi Gebang. Ganesha, dewa berkepala gajah, dianggap sebagai pembuka jalan dan penghilang rintangan. Nandiswara, kendaraan Dewa Siwa, melambangkan kesetiaan dan pengabdian. Sedangkan Yoni, simbol kesuburan, menunjukkan aspek kesuburan dan siklus kehidupan. Ketiga elemen ini menunjukkan bahwa Candi Gebang bukan hanya sebuah bangunan, tetapi juga tempat pemujaan yang sarat makna religi.
Meskipun beberapa bagian candi sudah hilang atau rusak, Candi Gebang tetap menyimpan pesona dan misteri yang menarik untuk diungkap. Keberadaan situs ini memberikan wawasan berharga tentang perkembangan agama dan seni pada masa lalu.
Candi Gebang, dengan arsitekturnya yang unik dan koleksi arca yang terbatas, merupakan bukti nyata kekayaan budaya Indonesia. Penetapannya sebagai cagar budaya merupakan langkah penting untuk melestarikan warisan sejarah ini bagi generasi mendatang. Semoga penelitian dan upaya pelestarian terus dilakukan agar Candi Gebang dapat tetap berdiri kokoh dan terus bercerita tentang sejarahnya.






