Gelar magister (S2) kerap dianggap sebagai tiket emas menuju karier yang lebih gemilang. Namun, sebuah survei terbaru membongkar fakta yang cukup mengejutkan.
Riset Resume Genius terhadap 1.000 manajer perekrutan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa gelar magister tak selalu menjamin performa kerja yang lebih baik. Bahkan, banyak yang berpendapat sebaliknya.
Gelar Magister vs. Pengalaman Kerja: Siapa yang Lebih Unggul?
Survei tersebut mengungkapkan fakta menarik. Sebanyak 62 persen manajer perekrutan menilai karyawan bergelar magister memiliki kinerja setara, bahkan lebih rendah, daripada mereka yang hanya bergelar sarjana (S1) tetapi memiliki pengalaman kerja selama dua tahun.
Ini menunjukkan bahwa pengalaman praktis mungkin lebih dihargai daripada sekadar kualifikasi akademik, setidaknya dalam hal performa pekerjaan sehari-hari.
Mengapa Gelar Magister Tetap Menarik Perusahaan?
Meskipun performanya tidak selalu lebih baik, 72 persen manajer tetap bersedia menawarkan gaji lebih tinggi kepada kandidat bergelar magister.
Sebagian besar (64 persen) bahkan rela menaikkan gaji hingga 10 persen. Proporsi lainnya menawarkan kenaikan yang lebih signifikan, 15 persen (20 persen responden) dan 20 persen atau lebih (23 persen responden).
Eva Chan, pakar hubungan masyarakat senior di Resume Genius, menjelaskan fenomena ini sebagai refleksi masa transisi dalam dunia kerja. Nilai simbolik gelar magister masih sangat berpengaruh dalam penentuan gaji, meskipun kinerjanya belum tentu sesuai ekspektasi.
Gelar magister dianggap sebagai indikator potensi. Meskipun tidak menjamin performa yang lebih baik, gelar tersebut menunjukkan komitmen, disiplin, dan motivasi tinggi dari seorang kandidat. Mereka telah berinvestasi waktu, uang, dan tenaga untuk mencapai pendidikan lebih tinggi.
Namun, Chan juga menekankan bahwa semakin banyak perusahaan yang mulai menyadari pentingnya pengalaman kerja. Pengalaman kerja dianggap sebagai bukti nyata dari kualitas-kualitas yang dibutuhkan di tempat kerja.
Tren Rekrutmen Berbasis Keterampilan dan Generasi Z
Tren rekrutmen berbasis keterampilan ( *skills-based hiring*) semakin populer. Perusahaan besar seperti JPMorgan Chase telah menghapus persyaratan gelar untuk beberapa posisi dan lebih memprioritaskan pengalaman kerja.
Walmart juga mengambil langkah serupa, menyesuaikan deskripsi pekerjaan agar lebih fokus pada keterampilan pelamar, bukan hanya gelar akademik.
Menariknya, survei menunjukkan perbedaan generasi dalam persepsi terhadap gelar magister. Manajer generasi Z dua kali lebih mungkin daripada manajer generasi baby boomer untuk menilai pemegang gelar magister sebagai pekerja yang lebih unggul.
Chan menduga hal ini disebabkan oleh kedekatan generasi Z dengan dunia pendidikan. Karena masih baru lulus atau sedang menempuh pendidikan, gelar lanjutan masih terasa relevan dan aspiratif bagi mereka.
Kesimpulannya, meskipun gelar magister masih dihargai tinggi secara finansial, penting untuk diingat bahwa pengalaman kerja dan keterampilan praktis semakin mendapat tempat dalam proses perekrutan. Tren ini menunjukkan pergeseran paradigma, dari fokus semata pada kualifikasi akademik menuju pada kompetensi dan kemampuan riil yang dimiliki seorang kandidat.
Perusahaan-perusahaan besar mulai menyadari bahwa mencari pekerja berdasarkan keterampilan spesifik jauh lebih efektif dibandingkan hanya berpatokan pada gelar pendidikan semata. Hal ini tentunya memberikan angin segar bagi mereka yang memiliki pengalaman kerja melimpah, meskipun mungkin tidak memiliki gelar magister.






